Konservasi dalam Al-Qur’an dan Ciptaan
QS. AL -Furqan (25) : 2
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ
وَلَداً وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ
تَقْدِيراً -٢- وَاتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً لَّا يَخْلُقُونَ شَيْئاً وَهُمْ
يُخْلَقُونَ وَلَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ ضَرّاً وَلَا نَفْعاً وَلَا يَمْلِكُونَ
مَوْتاً وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُوراً -٣-
Artinya : Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai
anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia Menciptakan
segala sesuatu, lalu Menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.
Terjemahan : Yang Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
Mempunyai anak serta tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan itu. Dan Dia
telah Menciptakan segala sesuatu, dan Dia Menetapkan ukurannya dengan tepat.
Alladzī lahū mulku (yang
Kepunyaan-Nya-lah kerajaan), yakni semua perbendaharaan.
As-samāwāti (langit), yakni hujan.
Wal ardli (dan bumi), yakni
tumbuh-tumbuhan.
Wa lam yattakhidz waladan (dan Dia
tidak Mempunyai anak) seperti yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi dan
Nasrani.
Wa lam yakul lahū syarīkuη fil mulki
(serta tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan itu) seperti yang dikatakan
oleh kaum musyrikin Arab.
Wa khalaqa kulla syai-in (dan Dia telah
Menciptakan segala sesuatu), baik yang mengibadahi-Nya maupun yang tidak
mengibadahi-Nya.
Wa qaddarahū taqdīrā (dan Dia
Menetapkan ukurannya dengan tepat), yakni Dia Menetapkan ajal mereka, rezeki
mereka, dan semua perbuatan mereka dengan takdir. Ada yang berpendapat, Dia
Menetapkan jantan dan betina untuk segala sesuatu.
Ayat di atas menyatakan kepada kita
bahwa segala sesuatu milik Allah. Ia juga memberitahukan bahwa Dia menciptakan
seluruh alam semesta dan segala apa yang ada di dalamnya. Hukum penciptaan
termasuk unsur-unsur keteraturan, keseimbangan dan keserasian. Segala sesuatu
memiliki batas dalam hal ruang dan waktu dan teknik-teknik ilmiah memungkinkan
kita untuk mengukur apa yang kita alami dalam keadaan statis dan dinamis.
Misalnya, kita bukan sekedar tahu ukuran bumi tapi juga tahu pergerakannya dan
dapat mengukur irama sistem tata surya. Mungkin kita berpikir bahwa kita
mengetahui banyak melalui kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi sebenarnya kita
hanya mengetahui sedikit saja keseluruhan penciptaan. Allah lah sebagai Maha
Pencipta yang menguasai alam semesta yang luas dan kompleks dan unsur-unsur
penciptaan yang tak terhingga banyaknya dan hanya Dia yang mengetahui bagaimana
mereka bekerja dalam keseluruhan.
CIPTAAN
Kita adalah bagian dari sebuah
galaksi bintang-bintang yang luas tak terkira yang membuat sistem tata surya
kita terlihat kecil. Matahari yang memberi kehidupan kepada kita berada 93 juta
mil jauhnya. Satelit bumi yang bernama bulan, adalah seperempat juta mil
jauhnya tapi ia mengendalikan gelombang laut dan mempengaruhi sistem cuaca .
Lapisan atmosfir pelindung yang membalut bumi, yang menempel padanya oleh daya
tarik [grafitasi], tidak lebih tebal dari kulit tomat. Dapat dikatakan bahwa
kita sedang berlayar di lautan angkasa raya yang tak terbayangkan dalam sebuah
perahu yang dibuat sangat sempurna dan mengatur sendiri. Misalnya, jika bumi
hendak menggeser garis edarnya dari posisi sekarang satu atau dua derajat saja,
maka kita semua akan terbakar hidup-hidup, atau bila ia bergeser mundur, maka
kita semua akan mati beku. Kita berada pada posisi kita sendiri dan kita semua
harus menggelola hidup kita dalam sumber daya yang terbatas tapi sangat
bernilai yang Allah telah berikan kepada kita.
AL QUR’AN CIPTAAN DAN KONSERVASI
Keanekaan dalam penciptaan saat ini disebut
keragaman hayati. Terdapat kesatuan dan keterkaitan yang mengagumkan dalam
keanekaan penciptaan ini. Hutan-hutan tropis dan hutan temperate dapat dibagi
ke dalam beberapa sub-tipe sesuai dengan ketinggian, cakupan di atas permukaan
laut dan curah hujan. Mereka berfungsi sebagai sistem pengaturan dan pasokan
bagi bumi. Beberapa dari fungsi utama hutan adalah: sebagai penampung air yang
membentuk sungai-sungai, mengendalikan iklim dengan uap yang mereka hasilkan; menstabilkan
iklim dengan menyerap radiasi bumi, sebagai tempat penyimpanan karbon dioksida;
dan mencegah erosi dengan menahan tanah. Hutan-hutan juga berperan sebagai
hunian bagi jutaan jenis satwa dan tanaman. Walaupun banyak yang tidak kita
ketahui dari flora dan fauna ini, mereka secara bersama-sama memberikan
kesejahteraan bagi bumi dan manfaat bagi manusia.
.
Qur’an Surat.Al-An’am(6):38
Qur’an Surat.Al-An’am(6):38
أَمْثَالُكُم أُمَمٌ إِلاَّ بِجَنَاحَيْهِ
يَطِيرُ طَائِرٍ وَلاَ الأَرْضِ فِي دَآبَّةٍ مِن وَمَا
-٣٨- يُحْشَرُونَ رَبِّهِمْ إِلَى ثُمَّ شَيْءٍ مِن
الكِتَابِ فِي فَرَّطْنَا مَّا
Artinya : Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan
umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami Luputkan di
dalam Kitab,** kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.
------------------------------------------------------------------
**Sebagian mufasir menafsirkan Kitab
itu dengan Lauh Mahfuzh, yang berarti bahwa nasib semua makhluk itu sudah
dituliskan (ditetapkan) dalam Lauh Mahfuzh. Dan ada pula yang menafsirkannya
dengan al-Quran, dengan arti dalam al-Quran itu telah ada pokok-pokok agama,
norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan tuntunan untuk kebahagiaan manusia
di dunia dan akhirat.
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat seperti kalian juga. Tiadalah
Kami Melupakan di dalam kitab sesuatu pun, kemudian hanya kepada Rabb-nya
mereka dikumpulkan.
Wa mā miη dābbatiη fil ardli wa lā
thā-iriy yathīru bi janāhaihi (dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi
dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya) di antara langit dan
bumi.
Illā umamun (melainkan umat-umat),
yakni makhluk dan hamba.
Amtsālukum (seperti kalian juga),
yakni makhluk seperti halnya kalian, sama-sama makan, bersetubuh, dan saling
memahami satu sama lain, seperti halnya kalian saling memahami dengan sesama
manusia. Itu semua merupakan tanda yang mengagumkan bagi kalian.
Mā farrathnā fil kitābi (tiadalah
Kami Melupakan di dalam kitab), yakni Kami tidak Melalaikan apa yang Kami catat
di Lauh Mahfuzh.
Miη syai-in (sesuatu pun), kecuali
telah Kami Terangkan di dalam al-Quran.
Tsumma ilā rabbihim (kemudian hanya
kepada Rabb-nya), yakni burung-burung dan binatang-binatang itu.
Yuhsyarūn (mereka dikumpulkan) pada
hari kiamat nanti, bersama seluruh makhluk.
Setiap makhluk hidup adalah bagian
dari ummat. Mereka mengorganisir dan bertindak sedemikian rupa untuk bertahan
hidup dan bukti dari hal ini adalah cara mereka hidup dalam keseimbangan dengan
lingkungan mereka masing-masing. Paus raksasa yang menghuni lautan, gajah-gajah
di hutan-hutan tropis dan semut serta lebah adalah contoh-contoh makhluk-makhluk
yang membentuk umat yang multi-generasi, efisien dan rumit. Migrasi tahunan
massal seperti gerombolan burung-burung yang terbang setiap tahun dari zona
cuaca tertentu ke zona cuaca yang lain, pergerakan-pergerakan rusa Reideer di
tundra dan beruang liar di Savana Afrika adalah contoh-contoh jelas dari
satwa-satwa yang bekerja sama untuk bertahan hidup.
KHALIFAH DI MUKA BUMI
Qur’an, S. Al-An’am (6):165
دَرَجَاتٍ بَعْضٍ فَوْقَ بَعْضَكُمْ وَرَفَعَ الأَرْضِ خَلاَئِفَ
جَعَلَكُمْ الَّذِي وَهُوَ
-١٦٥- رَّحِيمٌ لَغَفُورٌ
وَإِنَّهُ الْعِقَابِ سَرِيعُ رَبَّكَ إِنَّ آتَاكُمْ مَا فِي لِّيَبْلُوَكُمْ
Artinya : Dan Dia-lah yang Menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah
di bumi dan Dia Mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk
mengujimu atas (karunia) yang Diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhan-mu
sangat cepat Memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Terjemahan : Dan Dia-lah yang
Menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi dan Dia Meninggikan sebagian kalian
atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk menguji kalian tentang apa yang
Dia Berikan kepada kalian. Sesungguhnya Rabb kalian amat cepat Siksaan-Nya, dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Wa huwal ladzī ja‘alakum khalā-ifal
ardli (dan Dia-lah yang Menjadikan kalian khalifah di bumi), yakni pengganti
umat-umat terdahulu di muka bumi.
Wa rafa‘a ba‘dlakum fauqa ba‘dliη
darajātin (dan Dia Mengangkat sebagian kalian atas sebagian yang lain beberapa
derajat), yakni beberapa kelebihan dalam hal harta dan pelayan.
Li yabluwakum fī mā ātākum (untuk
menguji kalian tentang apa yang Dia Berikan kepada kalian) berupa harta benda
dan pelayan.
Inna rabbaka sarī‘ul ‘iqābi
(sesungguhnya Rabb kalian teramat cepat Siksaan-Nya) terhadap orang-orang yang
kafir dan tidak bersyukur kepada-Nya.
Wa innahū la ghafūrun (dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun), yakni Maha Pemberi Maaf.
Rahīm (lagi Maha Penyayang) terhadap
orang-orang yang beriman kepada-Nya.
Khalifah atau peran penjagaan adalah
tugas suci yang diberikan Allah kepada ras manusia. Kita lebih dari sekedar
kawan bumi – kita adalah penjaga-penjaga. Tanggung jawab ini berasal dari
kenyataan bahwa tidak seperti makhluk bernyawa lain, kita telah diberi
keistimewaan dalam hal kemampuan bernalar dan karena itu sangat bertanggung
jawab atas tindakan-tindakan kita. Dalam perilaku gajah, paus dan semut kita
dapat menemukan intelegensi tetapi tidak seperti manusia, binatang kebanyakan
bertindak dalam pola instink yang sudah terduga.
KERUSAKAN
Qur’an Surat, al-Ruum (30): 41
بَعْضَ لِيُذِيقَهُم النَّاسِ أَيْدِي
كَسَبَتْ بِمَا وَالْبَحْرِ الْبَرِّ فِي الْفَسَادُ ظَهَرَ
-٤١- يَرْجِعُونَ لَعَلَّهُمْ عَمِلُوا الَّذِي بَعْضَ
لِيُذِيقَهُم النَّاسِ أَيْدِي كَسَبَتْ بِمَا وَالْبَحْرِ الْبَرِّ فِي الْفَسَادُ
ظَهَرَ
-٤١- يَرْجِعُونَ لَعَلَّهُمْ عَمِلُوا الَّذِي
Artinya : Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia; Allah Menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Terjemahan : Telah tampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan ulah tangan-tangan manusia supaya Dia Merasakan
kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka agar mereka kembali.
Zhaharal fasādu (telah tampak
kerusakan), yakni telah jelas kemaksiatan.
Fil barri (di darat), sejak Qabil
membunuh saudaranya, Habil.
Wal bahri (dan di laut), sejak
Jalnadan al-Azdi.
Bi mā kasabat aidin nāsi (disebabkan
ulah tangan-tangan manusia): Qabil membunuh Habil dan Jalnadan merampas kapal
orang-orang di laut. Ada yang berpendapat, zhaharal fasādu (telah tampak
kerusakan) berupa kematian hewan-hewan ternak, kelaparan, kekeringan, serta
kekurangan buah-buahan dan pepohonan; fil barri wal bahri (di darat dan di
laut), yakni kerusakan tersebut tampak, di dataran, pegunungan, sahara, gurun,
dan di lautan. Demikian juga di pedusunan, perkampungan, dan pemukiman; bimā
kasabat aidin nāsi (disebabkan ulah tangan-tangan manusia), yakni disebabkan
kemaksiatan manusia.
Li yudzīqahum (supaya Dia Merasakan
kepada mereka), yakni supaya Dia Menimpakan kepada mereka.
Ba‘dlal ladzī ‘amilū (sebagian dari
perbuatan mereka), yakni sebagian akibat dari kemaksiatan-kemaksiatan itu.
La‘allahum yarji‘ūn (agar mereka
kembali), yakni agar mereka kembali (bertobat) dari dosa-dosa mereka, lalu Dia
Menghilangkannya dari mereka.
Segala sesuatu sekarang menunjukkan
fakta bahwa manusia telah melalaikan tanggung jawabnya sebagai khalifah dengan
cara menghancurkan alam – ciptaan Allah. Anggapan-anggapan tentang kemajuan
biasanya difahami sebagai kesejahteraan tanpa batas untuk semua. Tetapi sumber
daya materi kita berasal hanya dari satu sumber, dan itu adalah bumi, yang
bukan tak terbatas. Kita membuat diri kita sendiri nyaman dengan apa yang
sekarang disebut sebagai gaya hidup konsumtif tetapi sedikit sekali perhatian
kepada akibat-akibat dari tindakan kita. Kita memompa gas beracun ke udara yang
kita hirup dan menebar pencemar kedalam air yang kita minum pada tingkat yang
membahayakan sehingga resiko serius sekarang merasuk ke dalam kesehatan kita.
Para ilmuwan membenarkan bahwa tindakan-tindakan kita mengakibatkan pemanasan
global dan perubahan iklim yang telah merusak pola penciptaan Allah, yang telah
memberikanplanet bumi iklim yang cocok bagi pengembangan dan pelestarian hidup.
KEPUNAHAN
Jika seluruh periode kehidupan
planet ini diibaratkan dengan waktu satu tahun, spesies manusia telah berada di
atasnya kurang dari 12 jam pada hari terakhir. Kita adalah para pendatang
terakhir di atas bumi yang dulu berlimpah ini dan nampaknya sampai baru-baru
ini kita berupaya untuk hidup bersama secara harmonis dengan makhluk-makhluk
Allah lainnya. Selama 400 tahun sampai tahun 1950, tiap tahun rata-rata satu
spesis musnah untuk selamanya akibat tindakan manusia. Pada tahun 1985, tingkat
kepunahan melompat ke satu spesies per hari. Diperkirakan pada pergantian
millenium ini lebih dari 100 spesis akan musnah per hari sebagai akibat
langsung dari ulah manusia. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa kita
juga sedang menciptakan kondisi yang menempatkan spesis manusia berada dalam
bahaya kepunahan.
KESEIMBANGAN
Qur’an, S. Ar Rahman (55):1-7
mmm
Qur’an, S. Ar Rahman (55):1-7
Qur’an, S. Ar Rahman (55):1-7
الشَّمْسُ -٤- الْبَيَانَ عَلَّمَهُ -٣- الْإِنسَانَ خَلَقَ
-٢- الْقُرْآنَ عَلَّمَ -١- الرَّحْمَنُ
الْمِيزَانَ وَوَضَعَ
رَفَعَهَا وَالسَّمَاء -٦- يَسْجُدَانِ وَالشَّجَرُ وَالنَّجْمُ -٥- بِحُسْبَانٍ وَالْقَمَرُ
-٧-
ا
Artinya : (Tuhan) Yang Maha Pemurah,
Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarkannya
pandai bicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan
dan pohon-pohonan keduanya tunduk kepada-Nya. Dan Allah telah meninggikan
langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
Tidak seperti spesies lain dalam
penciptaan, manusia secara istimewa dianugrahi kemampuan bernalar dan
merumuskan pikiran-pikirannya yang rumit. Ayat-ayat al-Qur’an ini juga memberi
tahu kita bahwa terdapat keteraturan dan makna dalam penciptaan. Jika matahari
dan bulan tidak mengikuti orbit yang tetap dan ciptaan-ciptaan lain tidak
berfungsi seperti yang dirancang, kehidupan di muka bumi akan menjadi sebuah
ketidakmungkinan. Terdapat keseimbangan melekat dan kecenderungan terhadap
stabilitas dalam susunan alam. Ada cara lain untuk mengatakan bahwa seluruh
ciptaan tunduk kepada satu Pencipta. Karena itu sebagai khalifah Allah di muka
bumi kita bertanggung jawab untuk bertindak adil, secara aktif memelihara
keseimbangan dan keteraturan yang melingkungi kita dan melakukan apa saja yang
mungkin untuk mempertahankannya demikian.
Planet bumi ini unik. Segala sesuatu
yang bisa dibandingkan dengan bagian-bagian lain alam semesta masih belum
ditemukan oleh para astronom. Warna hijau yang menutupi bumi sangat penting
untuk semua bentuk kehidupan. Tutupan tanaman menyediakan dasar bagi semua mata
rantai makanan, menyambungkan siklus air, menstabilkan iklim mikro dan
melindungi tanah, landasan biosfer. Legiun-legiun mikro-organisme dan
mikrobakteri dalam gumpalan lumpur dan belukar dasar laut, bekerja tanpa henti
mendaur-ulang bahan-bahan buangan kembali masuk ke dalam sistem nutrisi bumi.
Ekosistem bumi mengorganisir, mengatur dan mengisi dirinya sendiri. Demikianlah
alam diciptakan sehingga ia berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis
setiap waktu. Manifestasi luar dari ini adalah kekuatan-kekuatan dasar seperti
angin dan hujan yang kita dapat lihat dan rasakan. Tapi ada juga kegiatan tanpa
henti di bawah permukaan bumi dan di tingkat yang lebih dalam di bawahnya.
Hasil akhir dari ini adalah bahwa bumi seperti yang kita lihat, hidup dengannya
dan menikmatinya rumah kita dengan kemungkinan-kemungkian yang tak berakhir.
Seluruh ciptaan bekerja karena
mereka mengikuti hukum Sang Pencipta. Cara lain menjelaskan ini adalah bahwa
ciptaan hanya bekerja karena ia benar-benar tunduk kepada kehendak Allah
sehingga memelihara keseimbangan pola yang telah ditentukan. Satu-satunya
makhluk yang dapat bertindak berlawanan dengan pola ini dan mengacaukan
keseimbangan tersebut adalah manusia yang bertindak demikian dengan menggunakan
kekuatan nalar yang telah diberikan Allah kepadanya. Maka Shalat menjadi
dorongan penyeimbang yang menuntut kita berserah diri. Wujud fisik dari
penyerahan adalah menempatkan kening kita di atas bumi dalam ketundukkan kepada
Sang Pencipta. Ini mengingatkan kita bahwa pada akhirnya memelihara kesimbangan
ciptaan memerlukan kesadaran terus menerus akan kehendak dan tindakan Allah,
sehingga menjaga kita tetap selaras dengan diri kita sendiri dan segala ciptaan
lainnya.
Pustaka
Fachruddin Mangunjaya; Konservasi Alam Dalam Islam. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
2005.
Fachruddin Mangunjaya; Konservasi Alam Dalam Islam. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
2005.
Al- Qur’an AL Qalam
Asalamu alaikum wr wrb, mohon ijin kopi dan share ustad
BalasHapusWaalaikumsalam wr,wb. silahkan share
BalasHapus