ILMU
DASAR HUKUM MENUNTUT ILMU.
1. Sebagai seorang Muslim tentunya kita tidak
asing hadits dari Rasullulah SAW yang berbunyi :
‘MENUNTUT ILMU ITU HUKUMNYA WAJIB
BAGI SETIAP MUSLIM LAKI-LAKI DAN MUSLIM PEREMPUAN, WAKTUNYA ADALAH DARI BUAIAN
IBU (BAYI), SAMPAI MASUK LIANG KUBUR” Hadits dari Rasul SAW yang sangat jelas sekali
perintahnya, bahwa dalam Islam menuntut ilmu hukumnya adalah WAJIB yang
artinya adalah, jika dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat PAHALA,
jika diabaikan, disepelekan/tidak dilaksanakan kita akan mendapat DOSA.
Jadi permasalahan yang mendesak
sekarang adalah, jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, marilah mumpung kita
masih diberi kesempatan hidup oleh ALLAH SWT, segeralah dan jangan
ditunda-tunda lagi untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar dalam
artian yang sesuai dengan Al-qur`an dan Hadits Shahih dari Rasullulah SAW, agar
kita memperoleh petunjuk dan kebenaran dalam Islam yang diturunkan oleh ALLAH
SWT melalui Rasulnya Muhammad SAW, sehingga kita dasar dalam beragama Islam
tidak hanya menduga-duga atau berprasangka saja. Kita boleh berhenti menuntut
ilmu, hanya jika kita sudah masuk liang kubur / MATI, jika kita sudah mati
sudah tidak ada kewajiban lagi untuk menuntut ilmu. Jadi jika kita masih hidup,
alangkah ironi dan naïf nya , jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, tapi
giliran ada yang mengajak untuk menuntut ilmu agama Islam tentang hukum-hukum
ALLAH lewat kajian Al-qur`an dan Hadits Shahih merasa enggan dan berat sekali,
dan banyak sekali alasan-alasan yang dilontarkan, seakan-akan mau hidup
selamanya.
Subhanallah, sebelum terlambat
marilah koreksi diri kita dan tanyakan dalam hati kita, jika kita sudah tahu
bahwa menuntut ilmu dalam Islam hukumnya adalah wajib, dan ketika ada
kesempatan dan ada orang yang mengajak untuk menuntut ilmu, kemudian kita
menunda-nundanya bahkan menolaknya, sekarang pertanyaan besarnya adalah,
“Masihkah pantaskah kita dihadapan ALLAH SWT, disebut sebagai seorang Muslim.
2. Dasar hukum menuntut ilmu yang kedua adalah
dalam Surat Al-Ashr, yang berbunyi sbb : “Demi masa. Sesungguhnya manusia
itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati Supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. Ingatlah ALLAH SWT telah
bersumpah dalam surat ini dengan masa / waktu yang didalamnya terjadi peristiwa
yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap manusia didunia ini, baik itu
orang Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami kerugian, kecuali yang
memiliki 4 (empat hal) yaitu
1. Iman,
2. . Amal Shaleh,
3. . Saling menasehati supaya mentaati
kebenaran,
4. . Saling menasehati supaya menetapi
kesabaran.
Melihat empat hal diatas, jika kita
sebagai seorang Muslim mau beruntung dan terlepas dari kerugian, maka mau tidak
mau, suka atau tidak suka kita harus :
Agar mempunyai Iman, maka kita harus :
- Memaksanya
untuk bersungguh sungguh, mempelajari agama Islam yang benar dengan jalan
menuntut ilmu dimana kita tidak akan memperoleh kebahagiaan didunia maupun
akhirat kecuali dengan petunjuk agama Islam yang benar, karena Iman hanya
bisa kita capai dengan belajar dan menuntut ilmu.
- Memaksanya
untuk bersungguh sungguh mengamalkannya untuk diri kita dalam kehidupan
sehari-hari& setelah kita mengetahui ilmu yang kita pelajari.
- Memaksanya
untuk bersungguh-sungguh mendakwahkan dan menyampaikan serta mengajarkan
kepada yang belum mengetahuinya (walaupun Cuma satu ayat), dan janganlah
kita takut jika ada rintangan seperti ditolak, dimusuhi dan lain
sebagainya, karena perintah yang keempat adalah,
- Memaksanya
untuk bersungguh-sungguh bersabar terhadap kesukaran dan gangguan manusia
dalam menyampaikan hukum-hukum ALLAH lewat Al-qur`an, dan hanya mengharap
Ridho ALLAH SWT saja.
Jadi jika seseorang yang mempunyai
akal dan pikiran yang cerdas dan sensitive, mendengar atau membaca surat
Al-Ashr` ini, pasti akan berusaha untuk menyelamatkan diri dari kerugian,
dengan berusaha memiliki dan melaksanakan ke empat tahapan yang diperintahkan
dalam Surat Al-Ashr`.
Tunggu apa lagi, selagi kita masih
diberi kesempatan hidup, segeralah dan jangan ditunda-tunda lagi, untuk
menuntut ilmu agar jika kita mati, tidak dalam golongan orang yang mengalami
kerugian. Alangkah sayangnya jika kematian telah mendatangi kita, kita masih
belum menjalankan satu pun tahapan dalam surat Al-Ashr, apakah kita mau jika
kelak di alam kubur / barzah keadaannya gelap gulita, padahal disanalah kita
menunggu entah berapa juta tahun lagi, hari kebangkitan seperti yang dijanjikan
ALLAH, Marilah sebelum malaikat maut benar-benar menghampiri kita,
laksanakanlah dulu perintah ALLAH yang pertama dalam Surat Al-Ashr`, yaitu
belajar untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar artinya sesuai dengan
Al-qur`an dan Sunnah atau Hadits shahih dari Rasullulah SAW, karena seperti
kata pepatah, kesempatan baik itu jarang sekali yang datang dua kali, dan
semoga kelak jika kita mati, akan termasuk dalam golongan orang-orang Muslim
yang beruntung, Amin
Anjuran Menuntut Ilmu Dalam Islam
Manusia
dilahirkan dan datang ke dunia ini dalam keadaan polos, telanjang, buta ilmu
pengetahuan, walaupun ia dibekali dengan kekuatan dan pancaindera yang dapat
menyiapkannya untuk mengetahui dan belajar. Allah swt. berfirman: “Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.”(An-Nahl 78).
Maka
pendengaran, penglihatan dan akal ialah alat-alat yang diberikan oleh Allah
kepada manusia untuk digunakannya memperoleh pengetahuan dan merupakan
jendela-jendela yang melaluinya orang dapat menjenguk ke alam yang luas untuk
mengetahui rahasia-rahasianya, kemudian mengambil manfaat dari apa yang Allah
telah mengisinya untuk kemakmuran, kebahagiaan dan kelestarian hidup manusia,
makhluknya yang diamanatkan untuk menjadi khalifah-Nya di atas bumi ini. Orang-orang
yang tidak mengambil manfaat dari pemberian Allah itu dan tidak menggunakannya
sesuai dengan fungsinya, patut digolongkan ke dalam bilangan binatang, karena
mereka telah menyia-nyiakan pemberian Allah untuk mencari ilmu dan pengetahuan
sebagai pembentuk kepribadian manusia. Berfirman Allah swt.: “Dan Sesungguhnya
Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.”
(Al-A’raaf 179).
Kunci ilmu pengetahuan
1. Membaca
- Menyelidiki
alam semesta
- Mengadakan
perjalanan di atas bumi Allah
Itulah bidang-bidang yang dapat
memberi banyak pengetahuan yang bermanfaat kepada manusia, dan yang banyak
disebut-sebut dalam Al-Qur’an untuk menjadi perhatian dan bahan penyelidikan
umat Islam.Tentang bidang membaca, Allah berfirman:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. “(Al-alaq 1-5).
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.” (Nun 1).
Rasulullah saw. telah memberi kesempatan kepada para tawanan musyrikin Quraisy dalam perang Bad’r yang tidak sanggup menebus dirinya dengan harta, agar mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh anak orang Islam sebagai tebusan. Hal mana menunjukkan betapa besarnya perhatian Rasulullah terhadap mata pelajaran membaca dan menulis sebagai kunci ilmu pengetahuan. Tentang anjuran menyelidiki alam semesta, Allah berfirman: “Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". “ (Yunus 101). “Dan Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah.” (Al-A’raaf 185). “Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, Yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang ciptaan Allah) .” (Saba’ 46). “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (Ali Imraan 190-191). Rasulullah saw. bersabda setelah membaca ayat-ayat ini: “Binasalah orang yang membacanya dan tiada merenungkannya.”Tentang anjuran agar orang bepergian mengelilingi bumi berfirmanlah Allah swt: “Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj 46).
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. “(Al-alaq 1-5).
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.” (Nun 1).
Rasulullah saw. telah memberi kesempatan kepada para tawanan musyrikin Quraisy dalam perang Bad’r yang tidak sanggup menebus dirinya dengan harta, agar mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh anak orang Islam sebagai tebusan. Hal mana menunjukkan betapa besarnya perhatian Rasulullah terhadap mata pelajaran membaca dan menulis sebagai kunci ilmu pengetahuan. Tentang anjuran menyelidiki alam semesta, Allah berfirman: “Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". “ (Yunus 101). “Dan Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah.” (Al-A’raaf 185). “Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, Yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang ciptaan Allah) .” (Saba’ 46). “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (Ali Imraan 190-191). Rasulullah saw. bersabda setelah membaca ayat-ayat ini: “Binasalah orang yang membacanya dan tiada merenungkannya.”Tentang anjuran agar orang bepergian mengelilingi bumi berfirmanlah Allah swt: “Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj 46).
“Dan Apakah mereka tidak
memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian
mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah
bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah
menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Al ‘Ankabuut 19-20).
Islam merasa tidak cukup dengan
hanya menunjukkan kunci-kunci ilmu pengetahuan dan jalan-jalan untuk
mencapainya. Islam bahkan mendorong orang untuk giat menuntutnya dan
bersungguh-sungguh dalam mengejarnya dan menguasai segala bidangnya. Allah swt.
berfirman:
"Ya Tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan." (Thaaha 114).
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw.
setelah turunnya ayat ini berdo’a: “Ya Allah, ajarkanlah kepadaku apa yang
berguna bagiku, dan berilah kepadaku manfaat dari apa yang Engkau ajarkan
kepadaku, dan tambahlah ilmuku, segala puji bagi-Mu atas segala hal.”
Orang tidak akan merasa puas dengan
tingkat pengetahuan yang ia telah capai, tetapi selalu berusaha menambah
pengetahuannya, berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan duniawinya. Sebab
barangsiapa telah dikaruniai ilmu, maka ia telah memperoleh karunia kebajikan
dari segala sudutnya: Firman Allah swt.: .
“Allah menganugerahkan Al Hikmah
(kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (AlBaqarah 269).
Kekayaan duniawi tidak ada bobotnya dibandingkan
dengan kekayaan ilmu dan pengetahuan, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:
الدّنيا ملعونة، ملعون ما فيها إلاّ ذكرالله وما والاه وعالما أو
متعلّما. (رواه الترمذى
“Dunia itu terkutuk dan terkutuk semua apa yang ada di dalamnya kecuali orang yang berdzikir (ingat) kepada Allah, orang alim dan orang menuntut ilmu.” (rw. Atturmudzi).
Karena itu
sifat iri hati (hasad) yang tercela dalam agama Islam, bahkan dipuji jika
sasarannya ilmu dan pengetahuan. Bersabda Rasulullah saw.:
لا حسد الاّ فى اثنتين:رجل أتاه الله مالا فسلّطه على هلكته فى الحقّ
ورجل أتاه الله الحكمة فهو يقضى بها ويعلّمها. (البخارى ومسلم
“Tiada iri hati (hasad) yang
dibolehkan kecuali terhadap dua sasaran; terhadap orang yang dikaruniai Allah
harta kekayaan dan digunakan untuk menegakkan hak dan kebenaran dan terhadap
orang yang dikarunniai Allah ilmu dan hikmah yang diajarkannya lain orang dan
dijadikannya pedoman putusan hukumannya”.
Al-Qur’an menetapkan bahwa Rasul
yang diutus oleh Allah ditugaskan membaca ayat-ayat untuk manusia, mensucikan
mereka dengan ajaran akhlak yang luhur dan peradaban yang tinggi dan mengajar
mereka kitab Allah dan hikmah (ilmu pengetahuan). Allah berfirman:
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum
yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As
Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata,” (Al-Jumu’ah 2).
Orang yang alim dan orang yang bodoh
(buta ilmu) tidaklah sama kedudukannya terhadap Allah maupun di pandangan
masyarakat, demikian pula tidak sama penilaiannya tentang soal-soal kehidupan.
Allah berfirman:
“Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?".(Az-Zumar
9).
Orang yang berpengetahuan melek
(terbuka) hati dan jiwa sedang orang tidak berpengetahuan adalah adalah buta
hati, bua jiwa dan mudah tersesat oleh godaan syaitan. Allah swt. berfirman:
“Hai orang-orang beriman apabila
kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Mujadalah 11) “Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang
yang tidak (mau) memahami.” (Ar-Ruum 59).
“Adakah orang yang mengetahui
bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan
orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil
pelajaran,”(Arra’d 19).
Orang yang tidak memberi penghargaan
kepada para ulama, tidaklah patut mengaku dirinya pengikut Muhammad dan
penganut agama Islam, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
ليس منّا من لم يرحم صغيرنا ولم يوقّر كبيرنا ويعرف لعالمنا حقّه
“Tidak termasuk golongan kita
barangsiapa tidak mengasihi yang kecil-kecil dan muda usia di antara kita dan
menghormati yang besar-besar dan lanjut usia serta tidak memberi penghargaan
kepada para ulama kita.”
Allah swt., memberi penilaian sama
tinggi kepada kesaksian para ulama dan dengan kesaksian para malaikat tentang
kebenaran keesaan-Nya, bahkan menggabungkan kesaksian para ulama kepada
kesaksian-Nya!
“Allah menyatakan bahwasanya tidak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Ali Imran 18).
“Berkatalah orang-orang kafir:
"Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul". Katakanlah: "Cukuplah
Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al
Kitab". (Ar-Ra’d 43).
Dan untuk mengetahui betapa tinggi
penilaian agama Islam terhadap ilmu pengetahuan, terhadap ulamanya, terhadap
pengajaranya dan terhadap penuntutnya, maka dapat dibuktikan dengan beberapa
hadits Rasulullah saw. sebagai berikut:
من سلك طريقا يطلب فيه علما سهّل الله له طريقا إلى الجنّة، وإنّ
الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضا بما يصنع، وإنّ العلماء ورثة الانبياء،
وإنّ الانبياء لم يورّثوا دينارا ولا درهما وإنّماورّثوا العلم فمن أخذه أخذ بحظّ
وافر. (رواه الترمذى)
“Barangsiapa melalui jalan untuk
menuntut ilmu, Allah menggampangkan baginya jalan ke syurga, dan bahwa para
malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu sebagai tanda
rela dan simpati bagi orang itu. Dan bahwa para ulama itu adalah pewaris para
nabi, karena pada nabi tidak mewariskan harta, tetapi mewariskan ilmu, maka
barangsiapa menangkapnya hendaklah menangkap bahagian yang banyak.” (rw.
Attermidzi).
من خرج ليطلب بابا من العلم فهو فى سبيل الله حتّى يرجع. (رواه الترمذى
“barangsiapa keluar mencari ilmu maka selama ia belum kembali, ia berkedudukan sebagai seorang mijahid di jalan Allah.” (rw. Attermidzi).
إنّ الله وملائكته وأهل السموات والارض حتّى النّملة فى حجرها وحّى
الحوت ليصلّون على معلّم النّاس الخير. (رواه الترمذى)
“Sesunggunya Allah swt., para malaikat-Nya
dan para penghuni langit dan bumi, sampai-sampai semut di dalam lobangnya dan
ikan (di laut) sama-sama bershalawat (berdo’a) bagi orang yang mengajar
kebaikan kepada sesama manusia.” Rw. Attermidzi).
رحم الله خلفائ، قالت الصّحابة: ألسنا خلفاءك يارسل الله؟ قال: أنتم
أصحابى، وإنّما خلفائ الّذين يأتون بعدى يتعلّمون سنّتى وعلّمو نها النّاس
نضّرالله امرءا سمع مقالتى فوعاها ثّ أدّا هاكما سمعها فربّ مبّلغ أوعى من
سامع.
“Bersabda Rasulullah: “Semoga Allah
memberi rahmat kepada khalifah-khalifahku”. Lalu bertanya para sahabat:
“Bukankah kita semua adalah khalifah-khalifahmu, ya Rasulullah?” Rasulullah
menjawab: “Kamu adalah sahabat-sahabatku sedang khalifah-khalifahku adalah
mereka yang datang sesudah aku, mempelajari sunnatku dan mengajarkannya kepada
orang lain.”
“Semoga Allah memberi cahaya bagi
orang yang telah mendengar ceritaku dan mengingatnya kemudian menyampaikannya
kepada orang lain tepat sebagaimana ia telah mendengarnya dari aku. Karena
kadang kala orang yang ditabligi (dida’wahi) lebih ingat dan teliti daripada
orang yang mendengarnya langsung.”
Menjadi tabi’at seorang mu’min bahwa
ia akan selalu mengejar ilmu dan menambah pengetahuannya, dan ia tidak akan
berhenti selama ada kesempatan belajar dan menambah pengetahuan, ia seakan-akan
orang serakah yang tidak akan pernah kenyang.
Bersabda Rasulullah saw.:
لن يشبع مؤمن
من خير حتّى يكون منتهاه الجنّة.
“Seorang mu’min tidak akan berhenti mendengar pelajaran yang baik sampai mencapai akhir hayatnya di syurga.” (rw. Attermidzi).
“Seorang mu’min tidak akan berhenti mendengar pelajaran yang baik sampai mencapai akhir hayatnya di syurga.” (rw. Attermidzi).
Islam
mendorong dan menganjurkan para penganutnya mencari ilmu dan menuntut
pengetahuan, karena dengan ilmulah orang dapat membedakan antara haq dan
bathil, antara kebajikan dan kejahatan, antara yang salah daripada yang benar,
antara hidayah dan sesat, antara baik dan jelek, antara yang bermanfaat dan
yang madharat. Dan ilmu itu bagi akal manusia umpama cahaya bagi mata, yang
tanpa cahaya itu mata menjadi buta.
Harga diri
seseorang dan tingkat kedudukannya dalam suatu pergaulan hidup ditentukan oleh
seberapa jauh ia menguasai ilmu dan memiliki pengetahuan. Demikian pula tingkat
kemajuan sesuatu umat di segala bidang ditentukan oleh tingkat kecerdasan umat
itu dan sejauh mana para warganya memiliki pengetahuan. Dengan ilmulah sesuatu
umat bisa meningkatkan taraf hidupnya, memakmurkan rakyatnya dan menyusun kekuatannya.
Diriwayatkan
oleh Sa’ad bin Mu’adz r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
تعلّموا العلم فإنّ تعلّمه لله خشية وطله عبادة، ومذاكرته تسبيح والبحث
عنه جهاد وتعليمه لمن لا يعلمه صدقة وبذله لأهله قربة لأنّه معالم الحلال والحرام
ومنارسبل أهل الجنّة وهو الأنيس فى الوحشة والصّاحب فى الغربة والمحدّث فى الخلوة
والدّليل على السّرّاء والضّرّاء والسّلاح على الأعداء والزّين عند الأخلاّء. يرفع
الله به أقواما فيجعلهم فى الخير قادة تقتفى أثارهم ويقتدى بفعالهم وينتهى إلى
رأيهم. ترغب الملائكة فى خلّتهم وبأجنحتها تمسحهم ويستغفرلهم كلّ رطب ويابس وحيتان
البحر وهوامّه وسباع البحر وأنعامه، لأنّ العلم حياة القلوب من الجهل ومصابيح
الأبصار من الظّلم. يبلغ العبد بالعلم منازل الأخيار والدّرجات العلا فى الدّنيا
والأخرة والتّفكير فيه بعدل الصّيام ومدارسته تعدل القيام به توصل الأرحام وبه
يعرف الحلال من الحرام وهو إمام العمل والعمل تابعه يلهمه السّعداء ويحرمه
الأشقياء.(رواه ابى عبد البر موقوفا)
“Pelajarilah ilmu karena mempelajari
ilmu adalah sebagian dari taqwa kepada Allah, menuntutnya sebagian dari ibadah,
mendiskusikannya sebagai tasbih, memperdalaminya sebagai berjihad,
mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya merupakan sedekah dan
memberikannya kepada yang patut menerimanya merupakan pendekatan kepada Allah.
Karena ilmu itu petunjuk bagi hal-hal yang halal maupun yang haram, ia pelita
bagi perjalanan ahli syurga. Ilmu itu adalah penghibur dalam kesepian, teman
dalam perantauan, pengobrol dalam khalwat, penuntun di waktu suka dan duka,
senjata terhadap musuh dan penghibur bagi kawan. Dengan ilmu Allah mengangkat
kaum-kaum sebagai pemimpin untuk kebajikan yang jejak-jejaknya diikuti,
amal-amal mereka ditiru dan pendapat-pendapatnya di dengar. Para malaikat
mendambakan berkawan dengan kaum-kaum itu dan dengan sayap-sayap mereka diusap.
Untuk kaum-kaum yang berilmu itu beristighfarlah semua makhluk yang basah dan
yang kering, ikan-ikan, ular-ular, singa-singa laut dan binatang-binatangnya.
Karena ilmu itu menghidupkan hati dari kebodohan dan merupakan lampu bagi
mata-mata dari kegelapan. Dengan ilmu seseorang hamba Allah dapat mencapai
kedudukan orang-orang yang saleh dan tingkat-tingkat yang tinggi di dunia dan
di akhirat. Merenungkan sesuatu masalah ilmiah sama seperti berpuasa dan
berdarusan ilmiah sama dengan ibadah di waktu malam. Dengan ilmu dapat
terlaksana silaturahmi dan dengan ilmu dapat diketahui mana yang halal dan mana
yang haram. Ilmu merupakan imamnya amal dan amal perbuatan adalah pengikut
ilmu. Ilmu diilhamkan oleh Allah kepada orang-orang yang bahagia dan tidak
didapatkan oleh orang-orang yang celaka dan bengal.” (rw. Ibnu Abdulbarr).
Adapun ilmu yang seharusnya tiap
muslim mengetahuinya, ialah: Tentang wahyu sesuai dengan apa yang ada dalam
kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya dan dengan ajaran aqidah dan syariat,
sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
ألعلم ثلاثة: أية محكمة وسنّة قائمة وفريضة عادلة
“Ilmu itu
adalah: Al-Qur’an (Aayatun mukhamah), Hadits Rasulullah (Sunnatun Qaimah) dan Syari’at
(Faridhatun aadilah).
” Tantang aqidah
berfirmanlah Allah swt.:
“Maka
ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain
Allah.” (Muhammad 19).
Dan tentang
syari’at bersabdalah Rasulullah saw.:
طلب العلم فريضة على كلّ مسلم ومسلمة
“Menuntut
ilmu adalah wajib atas tiap muslim dan muslimat”.
Ilmu yang wajib dipelajari ialah
pengetahuan tentang apa yang harus diamalkan, seperti pengetahuan tentang
hukum-hukumnya sembahyang dan tentang apa yang diharamkan dan dihalalkan oleh
agama. Demikian pula segala apa yang dilakukan tanpa dasar pengetahuan yang
meyakinkan adalah ibadah yang bathil (tidak sah) dan sekali-kali tidak akan
diterima.
Berkata Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
Berkata Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
قصم ظهرى إثنان: جاهل متنسّك وعالم متهتّك
“Dua orang
mematahkan punggungku (menjengkelkan) aku: Orang bodoh (tidak berpengetahuan)
yang betapa dalam ibadahnya dan orang alim (berpengetahuan) yang bermaksiat
secara terbuka.”.
Adapun
cabang-cabang ilmu yang bersumber dari wahyu, ialah tafsir, hadits, riwayat
nabi, tauhid, fiqih, sejarah Islam, hukum-hukum Islam dan tasawuf. Selain itu
Islam juga menghimbau para penganutnya agar memepelajari cabang-cabang ilmu
yang berhubungan dengan alam semesta, seperti ilmu alam, ilmu kimia, ilmu
falak, tumbuh-tumbuhan, ilmu jiwa, sosial dan sejarah umum, karena itu semua
dapat menambah pengetahuan orang dan keyakinannya akan kebesaran Tuhan dan
kekuasaan-Nya serta hikmah yang terkandung dalam apa yang telah diciptakan.
Marilah kita
mempelajari dan merenungkan apa yang terkandung dalam ayat-ayat firman Allah
swt. di bawah ini:
“Maka Apakah
mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami
meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak
sedikitpun ? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya
gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang
indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap
hamba yang kembali (mengingat Allah). Dan Kami turunkan dari langit air yang
banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji
tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang
yang bersusun- susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami
hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya
kebangkitan.”(Qaaf 6-11).
“Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (Ar-ruum
22).
“Tidakkah
kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya
dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” (Faathir 27-28).
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ar-ruum 50).
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan. Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (Annuur 43-44).
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ar-ruum 50).
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan. Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (Annuur 43-44).
“Maka
hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia diciptakan? Dia diciptakan dari
air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang
dada perempuan.” (Ath-Thaariq 5-7). .
“Dan di bumi
itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan
(juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? “ Adz
Dzariaat 20-21).
“Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu? Ingatlah bahwa Sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan
tentang Pertemuan dengan Tuhan mereka. ingatlah bahwa Sesungguhnya Dia Maha
meliputi segala sesuatu.” (Fushshilat 53-54).
Tidakkah
dalam ayat-ayat yang dikutip di atas terkandung petunjuk yang menghimbau umat
Islam agar mempelajari secara mendalam ilmu alam, ilmu hayat, ilmu
tumbuh-tumbuhan, ilmu sosial dan sejarah? Di samping itu dalam banyak hal
ayat-ayat yang mengandung perintah mempelajari ilmu-ilmu tersebut terdapat
kata-kata “wasakhkhara” yang artinya “menundukkan”, yakni bahwasanya Allah swt.
telah menundukkan apa yang telah diciptakan di langit dan di bumi dengan semua
isi dan kandungannya untuk dimanfaatkan oleh manusia, makhluk utamanya yang
ditugaskan menjadi khalifah-Nya di atas bumi.
Terang
sekali bahwa manusia tidak akan sanggup mengambil manfaat dari apa yang telah
diciptakan oleh Tuhan itu, jika ia tidak mengenalnya secara terperinci,
mengetahui rahasia-rahasianya, cara-cara penggaliannya dan cara-cara
penggunaannya secara tepat sesuai dengan kebutuhannya bagi kelestarian dan
kebahagiaan hidupnya.
Para ulama
Islam telah sepakat bahwa mempelajari dan mendalami cabang-cabang ilmu yang ada
kaitannya dengan kehidupan manusia dan dengan teknik pembangunan yang merupakan
kebutuhan pokok sesuatu umat, tidak terkecuali ilmu kemiliteran dan pertahanan
adalah merupakan suatu “fardhu kifayah”.
Arti fardhu
kifayah ialah, suatu kewajiban yang ditimpakan di atas suatu kelompok manusia
sebagai suatu kesatuan, namun cukup bila dilaksanakan oleh sebagian warga-warga
kelompok itu. Akan tetapi bila kewajiban itu sampai tidak terlaksana, maka
seluruh anggota kelompok mengandung dosa.
berkunjung di blog ini setelah pencarian dengan kata kunci muslim pecinta alam
BalasHapus